Sebuah sikat gigi yang diabadikan dalam museum Kesultanan Bulungan |
Zaman sekarang yang namanya pasta gigi bukanlah hal yang yang asing, sejak kecil kita sudah dikenalkan dengan sahabat dekat sikat gigi itu, namun tentu saja adakalanya terselip tanya dalam diri saya, kapan sebenarnya mula-mula mahluk bernama pasta gigi itu sampai ke Bulungan, terlebih beberapa tahun yang lampau saya pernah menulis sebuah artikel mengenai beberapa buah benda peninggalan sejarah Bulungan di museum yang salah satunya memajang sebuah sikat gigi mahal berganggang perak.
Zaman Hindia Belanda hingga sekarang, Odol tak lekang di
gosok waktu.
Hikayat
pasta gigi dan alat gosoknya memang elok bila dibicarakan sebagai bagaian dari selipan kecil sejarah Bulungan, bukan apa, pasta gigi dan segala
perangkatnya memang menjadi bagian dari pengaruh Eropa lawas di zaman dahulu,
apakah orang di Bulungan tak tahu gosok gigi?, eith jangan salah sebelum sikat
gigi muncul dalam tiap toilet dan dibawa ke jamban-jamban milik masyarakat
sungai di Bulungan. Kayu Siwak sudah lama digunakan orang untuk membersihkan
gigi dan mulut ketika itu, memang jumlahnya terbatas dimiliki oleh segelintir
orang khususnya orang-orang berpunya. Kayu siwak di bawa oleh orang Arab ketika
mendirikan pemukiman di Bulungan. Bersiwak sendiri menjadi bagian dari
kebudayan yang mereka bawa dari tanah leluhurnya Hadramaut yang kemudian
ditularkan di Bulungan. Lebih jauh bersiwak sendiri menjadi bagian dari Sunnah
Rasulullah SAW.
Sayang
karena kayu Siwak tak tumbuh di Kalimantan, kisaran harganya kala itu cukup
mahal dan tak selalu dapat dengan mudah. Orang dahulu ada yang mengatakan untuk
menguatkan gigi mereka atau paling tidak memutihkan gigi, konon ada yang
menggunakan arang hitam. Tentu saja cerita tersebut masih harus di dalami lagi,
ada juga yang konon menggunakan buah pinang sebagai usaha untuk menguatkan
gigi. Terlepas dari itu berbicara mengenai pasta gigi, ia juga mempunyai
hikayat tersendiri yang patut di kisahkan keberadaanya.
Penulis
menduga pasta gigi sendiri muncul di Bulungan berkat pengaruh interaksi pejabat
kolonial dan tentara KNIL dengan
masyarakat kesultanan Bulungan khusunya dengan para bangsawan. Masyarakat
Bulungan tipikal masyarakat yang terbuka dengan hal-hal baru maka masuknya
sikat gigi beserta pasta giginya bukanlah yang aneh lagi dikemudian hari.
Diperkirakan
paling tidak pasta gigi sendiri muncul di Bulungan dimasa awal-awal Sultan
Maulana Muhammad Djalaluddin, kenapa bisa begitu, ini karena di Hindia Belanda
iklan pasta gigi deras muncul di khalayak ramai tahun 1940-an, dan faktanya
keberadaan perangkat alat cukur rambut, kumis dan jenggot serta pasta gigi yang
di tempatkan dimuseum Bulungan adalah peninggalan pada masa tersebut.
Sampai
saat ini orang di Bulungan hampir selalu menyebut pasta gigi dengan nama Odol,
dalam hikayat nama odol sendiri mengacu kepada merk sebuah pasta gigi yang
masyhur namanya di zaman Hindia Belanda, -memang saat ini merk dagang tersebut sudah
lama tak lagi beredar di indonesia-, umumnya orang Indonesia agak kesulitan
menyebut pasta gigi dalam bahasa Belanda yang bila di ujarkan bernama
“tandpasta”, karena itu lidah orang bahari lebih nyaman menyebutnya dengan
sebutan odol, maka tabiat ini berlaku pula di Bulungan hingga saat ini.
Itulah sebab walaupun selepas Belanda angkat dari Indonesia dan pasta gigi mulai di banjiri dengan beragam merk pasta gigi seperti Pepsodent misalnya ditahun 50-an, tetap saja saya menemukan orang menggunakan nama odol untuk menyebut pasta gigi apapun merknya, setidaknya saya masih menemukan hal itu di Bulungan. (Zee)
Itulah sebab walaupun selepas Belanda angkat dari Indonesia dan pasta gigi mulai di banjiri dengan beragam merk pasta gigi seperti Pepsodent misalnya ditahun 50-an, tetap saja saya menemukan orang menggunakan nama odol untuk menyebut pasta gigi apapun merknya, setidaknya saya masih menemukan hal itu di Bulungan. (Zee)
No comments:
Post a Comment
bulungan