Sejarah bukan hanya terdiri dari rangkaian tahun alias “Jaartallen” untuk dihapalkan, tetapi yang dirasakan hidup dan bermakna untuk kehidupan sekarang. Sejarah bukan barang “kering” semata-mata, melainkan suatu realitas yang terus bergerak dan layak dipahami dengan baik. (Rosihan Anwar).
Monday, September 27, 2010
Tari Jugit: Kreasi Agung seniman Bulungan.
Seni tari dalam kehidupan masyarakat kesultanan tempo dulu, setidaknya ada dua yaitu tari kraton dan tari rakyat. salah satu kreasi penting seniman bulungan yang tetap lestari adalah tari Jugit. Harus saya akui kawan, saya tidak bisa menyembunyikan kekaguman saya pada seni tari bulungan yang satu ini, nah begini hikayatnya….
Menurut legenda, tari jugit ini diciptakan oleh dua orang seniman sekaligus laksamana kesultanan Bulungan yaitu Datuk Maulana dan Datuk Mahubut. Jadi bisa dibayangkan umur tarian ini sudah begitu tua, bisa jadi sekitar paruh kedua abad ke-18 Masehi tari ini sudah menemukan bentuknya seperti yang dikenal saat ini.
Umumnya orang hanya mengenal tari jugit hanya satu variasi bentuk, sebenarnya tidak, tari Jugit kreasi agung orang Bulungan ini mempunyai dua bentuk yang memang mirip tapi memiliki perbedaan yang sangat kompleks. Tari pertama disebut Tari Jugit Paman dan yang kedua di sebut Tari Jugit Demaring.
Walaupun memiliki kemiripan, tari ini memiliki perbedaan dari bentuk gerak tangan, warna baju, syair lagu, tempo gerakan, serta peruntukan untuk apa dan siapa tarian ini dipersembahkan.
Dimasa lalu, Tari ini begitu sakral, Tari jugit Paman hanya di peruntukan untuk raja, artinya tarian ini tidak akan pernah dapat dilihat di luar Istana, dan memang itulah aturannya, berbeda dengan tari jugit Demaring, walaupun milik kraton, namun ia boleh di persembahkan di luar Istana, karena itu biasanya dalam setiap penyambutan tamu diluar istana, misalnya di dermaga istana atau dalam Biduk Bebandung atau kapal layar Kesultanan, tari Jugitlah demaring yang dipersembahkan. sedikit catatan penari jugit, khususnya penari jugit demaring, untuk sampai ke tempat dia menari, penari itu akan di gendong dan memang seperti itulah adatnya.
Dari segi warna baju, keduanya memiliki perbedaan pula, dalam tarian Jugit Paman, penari harus menggunakan kombinasi warna merah di atas dan kuning di bawah, jadi jika dalam sebuah tari jugit, warna bajunya seperti diatas bisa dipastikan ia menarikan tarian Jugit paman. Sebaliknya penari Jugit Demaring menggunakan kombinasi baju kuning di atas dan hijau di bawah.
Gerak tangan dan kecepatannyapun berbeda, dalam Tari Jugit Paman biasanya tempo atau gerakan cenderung lebih cepat, sedang dalam tarian Jugit Demaring lebih lambat geraknya.
Bentuk gerakpun memiliki keunikan juga, memang kedua garik kaki kedua tarian ini hampi mirip, tapi gerak tangannya yang berbeda, dalam tarian jugit Paman, gerak tangan sebatas bahu, sedangkan pada jugit Demaring gerak tangan sebatas dada, Tangan kanan memegang kipas dan tangan kiri memegang selendang. Dalam Jugit paman tangan kiri tidak bergerak apa bila jatuh kebelakang, sedangkan pada Jugit Demaring tetap bergerak apa bila jatuh kesamping.
Pada tari jugit Demaring ada gerakan yang di sebut “Ayu Ane” atau menggendong anak, gerak ini tidak terdapat dalam jugit paman. Posisi tangan “Ayu Ane” kipasnya di kuncup kemudian, tangan kanan yang memegang kipas diletakan tangan kiri seperti posisi menggendong anak.
Syair lagu kedua tarian ini berbeda pula, dalam tarian jugit Paman hanya punya satu Syair yaitu Gandang Lais dan alat musiknya hanya kelantang atau kolintang dan itupun hanya tiga anak kolintang diman kan dua orang yaitu satu untuk bas dan yang lain memainkan dua anak kolintang lainnya. pada tari jugit Demaring ada dua Syair lagunya yaitu Kalau yang artinya Sore dan Jumalom atau jauh malam, dalam jumalom inilah ada potongan syair “Ayu Ane” tersebut, dalam Jugit demaring alat musiknya beragam, pada perkembangannya bukan hanya kelantang atau kolintang namun juga bisa menggunakan rebana dan biola khususnya pada syair lagu jumalom. sedikit catatan, dimasa lalu baik penyanyi syair dalam Jugit paman dan demaring, jumlahnya paling sedikit empat orang jika banyak bisa sepuluh orang karena lagu itu tidak boleh putus, dan sipenari mengikuti isyarat gerak dari syair tersebut, karena itu baik si penari maupun si penyanyi harus hapal mati dengan isi syair lagu tersebut.
Inilah sekelumit pengentar studi awal mengenai tari Jugit, tentunya tidak lepas dari kekurangan, peran serta budayawan, penikmat seni Bulungan dan seniman Bulungan akan membantu untuk mengekspose lebih dalam lagi mengenai karya seni budaya bulungan yang kita cintai ini.
Sumber:
Wawancara pada tanggal September 19, 2010, 3:23:00 AM. dengan pengajar tari tradisional Bulungan, Ibu Iyay (Qamariyah), yang merupakan putri dari Datuk Aziz Saleh Masyur (DASMAN) salah seorang seniman multy talent yang pernah dimiliki oleh Kabupaten Bulungan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
wah bagus juga, bisa kutip buat blog saya gak? saya juga orang bulungan...
ReplyDeleteyup silahkan, semoga bermanfaat ^_^
ReplyDelete