Thursday, May 28, 2020

Pulau Kalimantan dalam peta seratus tahun yang lalu, apa yang ingin kamu kisahkan tentangnya?


Peta Kalimantan yang dibuat sekitar tahun 1902. Sumber Pinteres.

Gambar diatas merupakan sebuah Peta Pulau Kalimantan semasa dibawah pemerintahan Hindia Belanda dan dibagian lainnya dibawah pengaruh pemerintahan Kolonial Inggris. Lalu apa yang menarik dari peta diatas? Peta tersebut menceritakan kondisi politik dan geografi Kalimantan hampir seratus tahun yang lalu.

Poin Pertama kita tengok dulu Peta wilayah Brunei yang berwarna hijau dibagian atas, sudah kawan perhatikan? Ya, wilayah tersebut yang tergambar pada peta itu ternyata tidaklah sama dengan kondisi geografi dimasa ini. Wilayah Brunei benar-benar menyusut drastis akibat kolonisasi Inggris diutara Kalimantan tersebut.

Orang-orang Inggris mulai menjepit Brunei dari dua arah yang pertama seorang Contry Traider bernama James Brook yang berhasil mendapat pengaruh di Serawak, ia bahkan sempat menggertak Sultan brunei dengan membawa sebuah kapal miliknya yang dilengkapi belasan meriam tepat didepan tempat duduk Sultan sebagai alat negosiasinya, yang kedua dijepit dari arah Sabah oleh perusahaan Inggris British North Borneo Company (BNB) dan mendirikan koloni di daerah itu, Brunei dikemudian hari bahkan harus berhadapan dengan Negara baru yang bernama Malaysia dan sempat terlibat konflik perbatasan antara kedua Negara diwilayah Limbang, Brunei sekali lagi mengalah dan tengoklah peta Brunei hari ini, dimana wilayahnya mengecil dan ada celah diantara wilayahnya yang dikuasai oleh Malaysia.

Kedua, Peta Berau tidak berubah sama sekali dalam seratus tahun, mengapa ada yang janggal? Itu tak lain karena ditanah Berau terdiri dari dua buah Kesultanan yang berdiri sendiri dan jejak sejarahnya masih dapat ditemuai hari ini. Yaitu Kesultanan Gunung Tabur dan Kesultanan Sambaliung, menariknya dalam peta tersebut kedua identitas Kesultanan itu tampak hampir tak terlihat. Seolah-olah Dua Kesultanan yang dijadikan satu.

Saya sendiri pernah mengulas bagaimana Hubungan Berau Bulungan dan latar belakang terpecahnya Kerajaan Berau Kuno menjadi beberapa kesultanan, sila baca link ini :http://muhzarkasy-bulungan.blogspot.com/2020/01/seperti-apa-catatan-sejarah-hubungan.html

Sebagai penyegar ingatan pasca Kerajaan Berau kuno terpecah, wilayanya secara geografi dipisahkan oleh Sungai Segah, dengan rincian:

Sebelah Utara Sungai Berau (Kuran) serta tanah kiri kanan sungai Segah menjadi Kerajaan Gunung Tabur diperintah oleh Sultan Gazi Mahyudin (Sultan Aji Kuning II). Sebelah Selatan Sungai Berau (Kuran) dan tanah kiri kanan sungai Kelay menjadi Kerjaan Sambaliung di perintah oleh raja Alam (Sultan Alimuddin). Kedudukan Pemerintahan di Muara Bangun dipindahkan. Sultan Aji Kuning memilih Gunung Tabur yang terletak di sebelah kanan muara cabang sungai Segah sebagai pusat pemerintahannya dan Sultan Alimuddin Raja Alam memindahkan pusat pemerintahannya di kampong Gayam sebelah kanan masuk sungai Kelay, disebut TanjoengDari sini saja sudah jelas seharusnya ada dua entitas berbeda yang digambarkan dalam peta tersebut.

Ketiga, yaitu gambar pada wilayah Kesultanan Bulungan atau dikemudian hari nanti disebut Kabupaten Bulungan (sebelum dipecah menjadi beberapa Kabupaten dan Kota di Kaltara). Apa yang menarik dalam gambar tersebut, sudah kawan perhatikan? Ya, ada nama Tidoeng disana. Mengapa ini menjadi menarik, menurut catatan sejarah, Kesultanan Bulungan adalah penguasa yang wilayahnya cukup luas hingga keperbatasan wilayah Koloni Inggris di utara. Bagi yang memperhatikan peta lama Kabupaten Bulungan, nama wilayah yang menjadi Kawasan Tidoeng Landens boleh dikata hampir tidak ditemukan lagi pada peta modern tersebut, justru nama tersebut ada pada peta lama yang dibuat hampir seratus tahun sebelumnya. Mengapa bisa seperti itu?

Sebenarnya apa bila dilacak, nama tanah Tidung sebenarnya buka wilayah yang benar-benar baru, dan tentu saja wilayahnya lebih luas dari wilayah Kabupaten Tanah Tidung itu sendiri, catatan sejarah Bulungan sendiri menyebutkan yang dimaknai Tanah tidung adalah sebuah wilayah yang letaknya di Timur Laut dari wilayah inti Kesultanan Bulungan. Dalam catatan sejarah tersebut yang ditulis oleh Dt. Pedana  Ibn Dt Mansyur, Tanah Tidung menjadi bagian dari taklukan Kesultanan Bulungan.

Dalam catatan pemerintahan Belanda, pada tanggal 2 Februari 1877 diterbitkan Ordonantie berupa Staatsblad (surat keputusan) nomor 31 tentang kekuasaan mengatur kerajaan Bulungan yang membawahi Tanah Tidung, Pulau Tarakan, Nunukan, Pulau Sebatik, dan Beberapa pulau kecil di sekitar. Bahkan, Surat Keputusan itu di kukuhkan kembali pada 15 maret 1884 oleh Sekretaris kerajaan Belanda di Bogor. Setahun kemudian pada bulan Juni 1878 disepakati perjanjian kerjasama (Konteverklaring de tweede II) antara Bulungan-Belanda dengan pokok perjanjianya yaitu: Belanda dapat menentukan kebijakan sultan Bulungan termasuk urusan pajak dan Sultan Kaharuddin II terjamin keamanannya.  

Kembali ke pembahasan sebelumnya, mengapa dalam seratus tahun setelah peta tersebut dibuat, Tanah Tidoeng hilang dari peta, bisa jadi hal ini nampaknya akibat warisan administrasi Belanda, baik Kesultanan Bulungan dan Tidung pada awalnya adalah wilayah yang memilki pemerintahan sendiri, memiliki budaya masing-masing walau keduanya adalah kerabat. Belanda menggabungnya menjadi satu dibawah admistrasi dibawah Kesultanan Bulungan. Bagaimana proses penggabungan itu sendiri dan apa implikasinya bagi keduanya, penulis tak dapat menuliskannya pada tulisan ini, mungkin lain waktu. By. Muh. Zarkasyi

No comments:

Post a Comment

bulungan