Sejarah bukan hanya terdiri dari rangkaian tahun alias “Jaartallen” untuk dihapalkan, tetapi yang dirasakan hidup dan bermakna untuk kehidupan sekarang. Sejarah bukan barang “kering” semata-mata, melainkan suatu realitas yang terus bergerak dan layak dipahami dengan baik. (Rosihan Anwar).
Wednesday, July 7, 2010
JEJAK SEJARAH KESULTANAN BULUNGAN DI JAKARTA.
Pernah kawan mendengar kawasan Bulungan di Jakarta? mungkin saja sebagian orang akan mengatakan ya kami tahu itu. Siapa sih yang ga' kenal kawasan Bulungan, disana ada Gelanggang Remaja Bulungan, ada sekolah SMU 70 Bulungan yang terkenal dan tentu saja tidak ketinggalan Plasa Blok M Jakarta Selatan.
Tapi pernah kah kita bertanya ko’ bisa ya ada nama kawasan Bulungan di Jakarta? berbicara tentang sejarah nama kawasan Bulungan di Jakarta nampaknya tidak lepas pula dari sejarah Kesultanan Bulungan. Sebagian orang mungkin akan bertanya “Ah masa memangnya apa hubungannya Kawasan Bulungan di Jakarta dengan Kesultanan Bulungan di utara Kaltim?” ya mungkin itulah yang disebut penulis Davinci Code, Dan Brown, bahwa tidak ada yang kebetulan dari dunia ini, semunya saling terhubung antara satu dan lainnya, walaupun kadang dipermukaan itu tidak terlihat sama sekali.
Berbicara mengenai potongan jejak-jejak sejarah Kesultanan Bulungan di Batavia atau Jakarta untuk saat ini, terangkum sangat apik diceritakan oleh Datuk Iskandar Zulkarnaen dalam sebuah Roman Sejarah berjudul “Hikayat Datoe Lancang (dan) Putri Kayan”
Setidaknya ada dua peristiwa penting yang menghubungkan keberadaan komunitas dan sejarah Kesultanan Bulungan yang berhubungan dengan Batavia dimasa lampau.
Peristiwa pertama dimulai dari sengketa pengelolaan minyak di Tarakan, saat itu Sultan Kasimuddin yang bergelar Sultan Maulana Muhammad Kasim Al-Din (1901-1925) berkedudukan di Istana Darul Aman, Tanjung Palas, merasa keberatan dengan sikap Gubernur Jendral di Batavia karena tidak menyerahkan royalti dari hasil pembagian pengelolaan minyak di Tarakan yang saat itu menjadi bagian dari Kesultanan Bulungan. minyak di Tarakan sendiri dikelola oleh NV BPM ( Naamlose Vennotschaaf Bataafsche Petroeleum Maatschapij), minyak di Tarakan saat memang terkenal dengan kualitas terbaik alias World Purest Oil, hal ini dapat di ketahui pada Amsterdam Effectenblad tahun 1932 yang berkomentar “ … Kwaliteit minjak boemi di Tarakan tjoekoep baik, bisa dikasi masuk dalam tank (maksudnya tangki minyak) dengan begitu saja”. Menurut catatan pihak sekutu, sebelum perang dunia kedua, Tarakan menghasilkan 6 juta barel minyak setiap tahunnya.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Sultan Kasimuddin untuk menagih pembayaran royalty pengelolaan minyak tersebut, namun dengan berbagai siasat Gubernur Jendral Belanda tidak memberikannya. Siapa gubernur Jendral Belanda itu? tidak ada yang mengetahui secara jelas, sebab dalam buku tersebut memang tidak dicantumkan nama beliau. Namun diperkirakan hal itu terjadi diantara masa pemerintahan A.F.W. Idenburg (1909-1916 ), J.P. Graaf van Limburg Stirum (1916-1921), hingga D. Fock (1921-1926).
Karena merasa usahanya melalui Gubernur Jendral tidak berhasil, Sultan Kasimuddin melakukan upaya hukum dan menemui Ratu Wihelmina untuk membicarakan permasalahan tersebut, sebab royalti minyak tersebut tidak dibayar kepada Kesultanan Bulungan selama 11 tahun sejak 1912. melalui proses yang panjang dan berbelit, Sultan kemudian berhasil memenagkan gugatan tersebut dipengadilan Belanda pada tahun 1923.
Sepulangnya dari Belanda, Sultan Kasimuddin sempat singgah di Batavia selama beberapa bulan, ternyata Sultan terpikat dengan salah seorang putri bupati berdarah Jawa, R. A. Fatimah dan sempat melangsungkan perkawinan di Batavia. Peristiwa perkawinan dan menetapnya Sultan Kasimuddin di Batavia itu, diperkirakan melahirkan nama Bulungan karena Sultan Kasimuddin juga membeli tanah di Batavia.
Peristiwa kedua pernikahan akbar dari putra Sultan Kasimuddin, yaitu Datuk Achmad Sulaiman yang kelak dikenal dengan Sultan Achmad Sulaiman, beliau saat itu mengenyam pendidikan di Hooge Bestuur Shool (HBS), semacam sekolah pemerintahan di Sumatra. Datuk Acmad Sulaiman menikah dengan putri Sultan Langkat, Tengku Lailan Syafinah binti al-Marhum Sultan ‘Abdu’l ‘Aziz ‘Abdul jalil Rahmad. Sultan Ahkmad Sulaiman dikenal oleh rakyat Kesultanan Langkat dengan nama H. H Sri Sultan Maulana Ahmad Sulaiman Ud-din.
Pernikahan ini konon disebut-sebut salah satu pernikahan yang besar dalam sejarah kesultanan Bulungan. Sultan Kasimuddin kemudian menitahkan kepada kerabat keraton untuk merayakan pernikahan itu di istana Kesultanan Langkat. sekitar 300 pemuda berdarah Bulungan dan Tidung berangkat menuju Sumatra. Karena suatu sebab rombongan sempat singgah di Batavia sekitar tiga bulan lamanya, rombongan tersebut kemudian berdiam di suatu kawasan di Batavia, yang oleh penduduk setempat kemudian disebut Kampung Bulungan.
Berdasarkan dua peristiwa bersejarah tersebut, diperkirakan asal mula mengapa nama Bulungan terkenal di Batavia atau sekarang dikenal dengan kota Jakarta tersebut. inilah jejak-jejak sejarah Kesultanan bulungan yang terkadang terlupakan oleh zaman.
Sumber:
Iskandar Zulkarnaen, Datuk. 2008. “Hikayat Datoe Lancang dan Putri Kayan”. Cet-1. Samarinda : Pustaka Spirit.
Sentosa, Iwan. 2003. “Tarakan Pearl Harbor Indonesia 1942-1945”. Cet-1 Maret 2005 PT Primamedia Pustaka
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
sejarah lawas yang kadang tidak banyak digenerasi muda bulungan.
ReplyDeleteThanks mas atas informasinya. Artikelnya bagus-bagus mas.
ReplyDeleteSalam Kenal dari Poetra Kelubir (Bulungan)
walaikum salam, sama-sama mas poetra, salam kenal juga dari saya ^_^
ReplyDeleteTerima kasih,
ReplyDeleteSangat bermanfaat...
salam sepradi sebenua!
Izin Pak, saya copy paste URL_nya KeGrup
ReplyDeletehttp://www.facebook.com/home.php?sk=group_187261281289330&ref=notif¬if_t=group_activity#!/home.php?sk=group_186064061420208&ap=1
silahkan saudara / (i), semoga tulisan ini bermanfaat. terimaksih
ReplyDeleteBenor pak, jareng anek muda belungon tau sejarahnya..
ReplyDeleteBapak inspirasiku kuliah ngalak sastra, nini kita belajar belungon dalom2 agi..
Artikel yg sngt bermanfaat pak, salam warga tanjung Selor
ReplyDeleteAssalamualaikum,,,saya daripada Malaysia,,bapa saya berketurunan Tidung Bulungan..cuma saya nak tahu kenapa dalam warganegara bapa saya ada nama Raja Kaiman...dan apa yang menjadi tanda tanya bapa saya kata dia pernah memerintah selama sembilan bulan sebelum dia berhijrah ke Tawau,Sabah sebelum tahun 1957..boleh tak encik Muhammad Zarkasyi emel kepada saya berkenaan anak kepada Maharaja Kahiman sebab dalam sijil kelahiran saya Mohammad Bin Ali Bin Raja Kaiman,,,tapi saya pasti itu bukan nama sebenar ...sekiranya ada salasilah keturunan Maharaja Kahiman,,tolong emelkan pada saya,,puteri_salju71@yahoo.com.my...dan saya kini berada di putrajaya,kuala lumpur..sekian terima kasih,,dan segala pertolongan daripada encik didahulukan dengan ucapan terima kasih..
ReplyDeleteyang benar , june mohammad
Dan bapa saya ni pernah berkahwin dan mempunyai seorang anak perempuan,,,bermakna anak dia tu kakak saya dan saya nak sangat berjumpa dengan kakak saya,,saya minta tolong sangat2,,kalau boleh saya nak jumpa sebelum saya mati...
ReplyDeleteterima kasih .pak zee......
ReplyDelete