Wednesday, July 7, 2010

Meriam Sebenua, meriam keramat dari Kesultanan Bulungan

Meriam Sebenua Pusaka Kesultanan Bulungan

Setiap kesultanan dinusantara ini pastilah memiliki benda pusaka. Terutama kerajaan di sepanjang pantai timur kalimantan (Kaltim). Salah satu benda pusaka itu adalah meriam. Hampir di setiap istana maupun keraton, kebanyakan memiliki koleksi berupa meriam.

Bisa dilihat di depan istana Paser ada sebuah meriam, di kerajaan Kutai Kertanegara juga terdapat dua buah meriam pusaka yang digunakan dalam perang “Tambak Maris” saat armada inggris memasuki Tenggarong. Begitu pula terdapat jajaran meriam di depan Istana Kesultanan Gunung Tabur, sedang kan di kerajaan Sembaliung, konon terdapat pula meriam-meriam yang pernah di gunakan oleh raja Alam dalam perang laut melawan belanda, bahkan salah satu meriamnya digunakan sebagai batu nisan Kubur Raja alam dari kesultanan Sembaliung.

Sedangkan di kesultanan Bulungan, terdapat pula beberapa buah meriam yang saat ini terpajang di halaman Museum kesultanan Bulungan. Beberapa diantaranya bernama Melati, Rindu dan Dendam. Serta dua buah lagi meriam polos tipe Eropa yang terpajang di depan Gerbang Museum Kraton Kesultanan Bulungan. Yang paling utama dari meriam itu adalah Meriam Si Benua. Meriam ini sangat dikeramatkan oleh masyarakat adat Kesultanan Bulungan dan merupakan lambang Sembol Ningrat Bulungan.

Bagi sebagian masyarakat adat masing-masing kerajaan, tak jarang memilki semacam legenda tersendiri atas asal-usul dari meriam tersebut, kebanyakan berupa legenda-legenda yang membicarakan tentang kehebatan serta ke keramatan meriam tersebut, yang kita bicarakan saat ini adalah Meriam Si Benua, meriam kuno  dari Kesultanan Bulungan.

Menurut legenda yang tersebar di masyarakat, Meriam Sebenua adalah sebuah meriam yang dibuat dari kumpulan logam yang di kumpulkan atau di sumbangkan oleh seluruh masyarakat Kesultanan Bulungan atau Sebenua Kesultanan Bulungan, maka itulah disebut Sebenua. Disatukan potongan logam menjadi sebuah Meriam mengisyaratkan tentang bersatunya rakyat Kesultanan Bulungan. Meriam ini dicetak di Brunai dan di bawa kembali ke Bulungan, hal ini di sebab pada waktu itu rakyat Kesultanan Bulungan belum mampu mencetak sendiri meriam tersebut.

Tidak diketahui pasti kapan meriam ini di cetak, namun penulis menduga meriam ini dibawa ke Bulungan pada saat pemerintahan Sultan Alimuddin (1777-1817), dugaan ini disebabkan pada masa tersebut kapal-kapal Bulungan telah mengarungi Laut Sulawesi khususnya disepanjang jalur pantai dari kawasan Tanah Tidung hingga Tawao untuk melakukan serangan balasan terhadap kedatangan bajak laut yang kerapkali melakukan penyerangan ke wilayah Kesultanan Bulungan, ini bersamaan dengan politik penyatuan wilayah oleh Sultan Alimuddin, maka dapat dimengerti keberadaan meriam-meriam ini dibutuhkan sebagai pertahanan kota dimasa itu.

Informasi yang sangat berharga dapat diperoleh dari tulisan Christian Pelras dalam karyanya “Manusia Bugis”, dalam bukunya ia menyebutkan:

Masa ini terjadi sekitar abad 18 dan 19 M. hal yang menarik lagi adalah jika benar meriam ini dibuat dari kumpulan logam-logam yang disumbangkan oleh rakyat Kesultanan Bulungan, ini artinya masyarakat pada masa itu sudah mampu mengolah logam dengan baik sebagai senjata walaupun belum semahir untuk mencetak meriam, atau mungkin logam-logam ini didapat berasal dari interaksi melaui jalur dagang dengan dunia luar, hal ini tidak sulit bagi Kesultanan Bulungan yang masuk dalam jalur dagang di pantai timur Kalimantan ini.

Konon Meriam si benua sendiri lebih banyak di bunyikan dalam kegiatan kenegaraan seperti penobatan Sultan maupun pembukaan acara pesta rakyat atau Birau. Bahkan di katakan pula dahulu meriam ini di bunyikan sebagai tanda berbuka di waktu puasa Ramadhan. Sebagai rasa penghormatan meriam ini, masyarakat Bulungan membungkus meriam dengan kain berwarna kuning. Warna kuning sendiri merupakan warna kebesaran bangsawan Bulungan dan juga bangsawan melayu pada umumnya.

Secara umum pengertian dari meriam sendiri adalah sebagai berikut, Meriam digunakan untuk menyebut senjata api besar yang menggunakan tabung untuk menembakan sebuah proyektil yang berukuran besar juga. Dalam persenjataan modern, istilah ini dipakai untuk mendeskripsikan senjata yang memiliki laras yang kaliber pelurunya lebih dari 20 mm.

Kata meriam juga digunakan untuk menyebut peralatan perang jaman dahulu, yaitu artileri yang diisi dari bagian depan, yang menembakan proyektil bundar yang berisi bahan peledak.

Pada sore hari tanggal 26 agustus 2007. pukul 05.10 PM. Dihalaman Museum Kraton Kesultanan Bulungan di Tanjung Palas. Telah dilakukan pengukuran terhadap meriam Si benua. Tujuan dari pengukuran ini adalah untuk mengetahuai ukuran kaliber dari meriam Si Benua.

Kaliber secara umum menyatakan ukuran peluru yang dipakai pada senjata api maupun meriam. Kaliber dilihat dari diameter atau garis tengah peluru, atau dari diameter isi lorong laras.

Kaliber dapat dinyatakan dalam inci maupun dalam milimeter. Biasanya penyebutan dalam inci digunakan untuk produk komersial, dan penyebutan dalam milimeter untuk produk militer. Dalam inci, kaliber disebut dalam desimal dan bisa ditambahkan satuan kaliber "cal". Jadi untuk peluru dengan diameter 0,45 inci biasa disebut .45 cal ("kaliber empat-lima"). Dalam milimeter kaliber tidak diberi satuan cal, untuk peluru 5,56 milimeter disebut 5.56 mm.

Sebagai tambahan, ukuran proyektik dari Meriam Si Benua adalah 2,5 Inci atau setara dengan 63,5 mm, ini dapat di ketahui dari diameter isi laras atau garis tengah dari Meriam si Benua.


DAFTAR RUJUKAN.

“ Risalah Riwayat Kesultanan Bulungan th 1503 M atau th 919 H. ditulis oleh Alm Dt. Mohd. Saleh gelar Dt. Perdana bin Alm Dt. Mansyur. (menteri ke-II Kerajaan Bulungan) de Tweede Lansgroote.

Manusia bugis, chistian pelras. Jakarta; Nalar Bekerja sama dengan Forum Jakarta-Paris, EFEO. 2005.

Hasil pengukuran laras meriam si Benua oleh M. Zarkasyi pada tanggal 26 agustus 2007. pukul 05.10 PM. Di Tanjung Palas.

1 comment:

  1. terima kasih atas maklumatnya saudara..
    amat berguna sekali..
    saya berasal dari tawau, sabah dan merupakan anak jati suku tidung kacukan bulungan.
    mohon jasa baik saudara menghubungi saya melalui mbakri33@yahoo.com

    ReplyDelete

bulungan