Saturday, October 19, 2019

Apakah di Tanjung Selor masih ada situs peninggalan era Bupati Bulungan yang pertama?

Dalam salah satu episode sejarah Bulungan, era dimasa kesultanan Bulungan mulai beralih secara penuh dibawah kontrol Pemerintaha Republik Indonesia ketika Status daerah istimewa Kesultanan Bulungan diubah menjadi daerah tingkat II Kabupaten Bulungan, ditandai dengan peristiwa pemindahan pusat pemerintahan dari Tanjung palas ke wilayah seberang yakni Tanjung Selor oleh pak Andi Tjatjo yang dikenal dikemudian hari sebagai Bupati Bulungan yang pertama.

Cerita menarik mengenai peristiwa tersebut di gambarkan oleh M. Said Karim,

“Perkembangan selanjutnya sesuai dengan Undang-undang No.27, tahun 1959, Daerah Istimewa Bulungan menjadi pemerintahan Kabupaten. Bupatinya yang pertama terpilih dari Andi Tjatjo gelar Datuk Wihardja. Beliau dilantik pada 12 Oktober 1960 di Tanjung Selor oleh Gubernur Kalimantan Timur Aji Pangeran Temenggung Pranoto. Perlu saya sisipkan cerita pada waktu itu belum ada hotel tempat tamu menginap. Rombongan Samarinda tidur di kapal. Peristiwa tadi dijadikan tanggal peringatan hari ulang tahun Bulungan dengan istilah Birau Bulungan”.*

Kembali ke pertanyaan awal, apakah kita dimasa sekarang masih bisa melihat Situs-situs peninggalan era Bupati lama di Tanjung Selor? Sayangnya untuk sekian kalinya, periode pemerintahan  kabupaten Bulungan khususnya era 60 an hingga 70an, dapat dikatakan hampir hilang sepenuhnya**. Pada tahun 70an seperti yang diketahui, kantor Bupati pertama Kabupaten Bulungan mengalami peristiwa kebakaran sehingga banyak data dan foto penting yang mewakili era itu hilang dimakan api. Itu belum termasuk tidak terdokumentasi dan tidak terdatanya situs-situs kantor pemerintahan dan Dewan Perwakilan Rakyat serta rumah jabatan bupati yang kita ketahui, sebelum kota Tanjung Selor diperluas dan kantor pemerintahan dipindah di Jl. Kol. Soetadji.

Salah satu peninggalan yang dapat dikatakan cukup utuh mewakili era tersebut adalah bangunan rumah jabatan Bupati Bulungan yang pertama, dikemudian hari berubah fungsi menjadi Penginapan seperti kondisinya saat ini, justru karena hal itulah bangunan tersebut masih dapat berdiri kokoh untuk menandai era sejarah awal pemerintahan Kabupaten Bulungan. Bangunan dikenal sebagai Hotel Assoy yang posisinya berhadapan dengan pelabuhan Tanjung Selor, dulu sekali di pertigaan jalan didekat bangunan tersebut terdapat sebuah monumen patung berbentuk singa yang kemudian dibongkar dan diganti lampu jalan***.

Saya beruntung dapat menggali informasi mengenai bangunan tersebut dari penduduk setempat yang yang menjadi saksi hidup keberadaan rumah jabatan Bupati Bulungan pertama itu. Pak Raden  -umur 77 tahun,- biasa beliau dipanggil dengan nama tersebut, sehari-hari bekerja sebagai  pengemudi perahu tambang Tanjung Palas-Tanjung Selor, beliau mengisahkan;

“Rumah itu dulu milik Pak Andi Caco waktu itu menjabat sebagai Bupati Daerah Tingkat II Bulungan, disebelahnya Rumah saudara beliau Andi Saleh yang waktu itu jadi wedana Tanjung Selor, kantor Bupati ada di di kantor BRI sekarang ini sedangkan kantor Wedana ada di lapangan Volly itu, setelah Andi Caco tidak lagi menjabat, rumah itu dijual kepada pengusaha Cina (Tionghoa) namanya Naming, setelah itu di urus lagi sama saudaranya namanya Muming jadilah hotel Assoy sekarang ini, lalu rumah Andi Saleh juga dijual, sekarang jadi warung kopi”****

Sayangnya narasumber tidak mengetahui bahwa apakah rumah tersebut sudah ada sebelumnya atau dibangun ketika Pak Andi Tjajo awal bertugas sebagai Kepala Daerah Tingkat II Bulungan. Namun apabila menurut informasi mengenai pemindahan pusat pemerintahan dan lokasi rumah itu saat ini, kuat dugaan bahwa rumah tersebut sudah ada jauh sebelum Andi Tjatjo bertugas sebagai kepala daerah tingkat II Bulungan.

Mengapa ada asumsi seperti itu? Yang pertama ketika Dr. Soemarno Satroatmodjo dijemput di pelabuhan Tanjung Selor, ada pejabat wakil pemerintah Belanda yang datang secara langsung menghadiri kedatangan beliau saat itu, yaitu Asisten Residen Brekland dan istri. Seperti yang diketahui Dr. Soemarno dan istri tidak menetap di rumah tersebut melainkan dirumah yang berada tak jauh dari lokasi rumah sakit, tepatnya didepan kantor pos lama Tanjung Selor, artinya Asisten Residen Breekland dan keluargalah yang kemungkinan besar menempati rumah tersebut mengingat lokasinya yang sangat dekat dengan pelabuhan.

Kedua, ketika Pak Andi Tjatjo diangkat sebagai Bupati tingkat II Bulungan, periode perpindahan dari Tanjung Palas ke Tanjung Selor terlalu dekat, sebagaimana kita tahu, ketika Sultan Mualana Muhammad Djallaluddin wafat 1958 dan pemerintah Republik Indonesia menetapkan perubahan status Bulungan yang Sk-nya baru keluar tahun 1959, pusat pemerintahan masih di Tanjung Palas dan berlangsung di Istana tingkat dua tersebut, sehingga apabila memindahkan pusat pemerintahan dan ditugaskan sejak 12 oktober 1960, maka perangkat pendukung pemerintahan sudah harus siap, dalam waktu yang sempit itu tidak mungkin dapat membangun gedung pemerintahan dan rumah dinas pada masa itu yang sudah siap pakai, kecuali perangkat pendukung pemerintahan berupa bangunan dan rumah tersebut sudah berdiri sebelumnya, artinya di zaman Kolonial Belanda, bangunan tersebut sudah ada. Tentang posisi rumah tersebut yang lokasinya bersebelahan dengan Rumah Sakit pertama Tanjung Selor, menguatkan pandangan tersebut. Sebab baik sekolah SMP negeri Tanjung Selor yang pertama (Dahulu bangunan itu digunakan sebagai Sekolah Rendah Kelas II tahun 1908) dan rumah sakit tersebut dibangun di era belanda, begitupula dengan lokasi bangunan yang tak jauh darinya merupakan bangunan-bangunan lama yang masih bersambung dengan wilayah kampung Arab lama. Demikianlah catatan penulis mengenai Situs bangunan bersejarah era Bupati tingkat II Bulungan yang pertama, semoga bermanfaat. []

Note

*Pak Andi Tjatjo menjabat sebagai Bupati Bulungan pada periode 1960-1963, dikemudian hari posisi beliau digantikan oleh Pak Damus Frans yang pada masa Daerah Istimewa Bulungan sempat menjabat sebagai Anggota Dewan rakyat Perwakilan Sementara dari Persatuan Pegawai Pemerintah Cabang Malinau. M. Said Karim. 2011. Hal. 51

**Kisah mengenai hal tersebut, pernah diangkat dan dibahas dalam artikel  berjudul “Saksi bisu dibalik hari jadi Bulungan” Sumber Liputan6.com pada 15 Oktober 2018, pukul 12:31 WIB, hanya saja dalam artikel tersebut membahas mengenai rumah lama yang dahulu sempat dihuni oleh Dr. Soemarno Sastroatmodjo dan Pak Damus Frans.

***Sultan Kasimuddin dalam kunjungannya di Belanda tahun 1923, pernah menghadiahkan monumen Singa kepada Ratu Wihekmina yang terbuat dari logam, didesain oleh Frans Werner dan dibuat oleh pabrikan Art Bronze And Metal Foundry “De Kroon” (Haarlemsche Edelsmederij). Ada kemungkinan yang dibuat di Tanjung Selor tersebut adalah tiruannya.

****Wawancara dengan Pak Raden, 77 th, tanggal 18 Oktober 2019, Sore.

1 comment:

bulungan