Thursday, November 14, 2019

Seperti apa sejarah Vierkante-paal di Tanjung Selor?


Vierkante Paal ya?, kalau kawan menanyakan itu kepada masyarakat Tanjung Selor, saya yakin tidak banyak  yang tahu, tapi bila kawan menanyakan tentang sejarah Tanah Seribu, saya yakin sebagian dari mereka, khususnya orang-orang tua dulu pasti ada yang tahu.

Yup, Vierkante-paal tak lain adalah sebutan untuk wilayah Tanah Seribu, suatu kawasan yang terletak di Tanjung Selor kota saat ini. Seperti apa gambaran mengenai batas-batas lokasi ditanah seribu, sayangnya saya kurang tahu pasti, namun gambaran mengenainya dituturkan oleh salah satu penduduk setempat bernama Jamal*
“Sebagai salah satu kampung tertua di Tanjung Selor sebutlah Tanah Seribu yang batasnya dimulai dari bangunan ‘Gedung Semambu’ (sekarang Kantor Perusda). Disebut demikian karena bangunan itu menjadi satu-satunya gudang tempat penyimpanan atau pengumpulan bambu jenis semambu sebelum dikirim ke Tarakan atau ke Jawa. Dari batas inilah kampung Tanah Seribu mulai dan berakhir di ‘ujung aspal’ persis di jalan Nangka sekarang. Sedangan ke timur berbatasan dengan jalan Skip II (Wisma Idaman) jalan Makam Pahlawan (Crown Square) belok ke jalan Haji Maskur selanjutnya berakhir di jalan pasar Ikan lama yang terletak didepan Toko Batu.
Tetua-tetua kampung Tanah Seribu yang dulu dikenal sebagian besar sudah meninggal dunia  antara lain; Mohammad Galeba, Haji Enci’ Muhammad Hassan, Saleh, Haji Muhammad Arif, M. Ukuy dan masih banyak lagi. Sedangkan bangunan paling monumental di kampung tersebut adalah Langgar Al Inayah yang sudah direnovasi lebih dari tiga kali dan juga Gedung Semambu dan Gesung Asap.
Semua bangunan monumental tersebut sudah tidak dijumpai lagi keasliannya, kecuali Langgar Al Inayah yang sudah beberapa kali direnovasi dan Gudang Semambu yang sudah direnovasi menjadi Asrama Pelajar dan terakhir kini menjadi Kantor Perusahaan Daerah Berdikari dan satu lagi tempat bersejarah, dulu di Tanah Seribu, terdapat Taman Makam Pahlawan yang oleh pemerintah dipidah ke samping Bandara Tanjung Harapan menjadi Taman Makam Pahlawan Telabang Bangsa sampai sekarang. Sedangkan bekas Taman Makam Pahlawan yang dulu, sekarang telah menjadi pusat perdagangan kaki lima (sekarang bangunan Lapakan, berderet dengan penginapan Bulungan Indah)”
Lalu bagaimana sejarahnya wilayah ini sempat menjadi milik Belanda? Pada tahun 1897 di era Sultan Azimuddin, Belanda meminta wilayah 1000 meter persegi di Tanjung Selor, tercantum dalam lembaran Negara No.83 tahun 1897. Sama seperti diwilayah lainnya, Vierkante-paal umumnya juga menjadi wilayah kota berkembang dikemudian hari seperti diwilayah Samarinda dan Banjarmasin.
Keterangan mengenai luas wilayah “tanah seribu’, lebih rinci dijelaskan dalam tulisan H. Dachlansyahrani,
“Didalam Staatsblad No. 83 yang berisikan Besluit Gouvernor General No. 32 Tanggal 1 Maret 1879, yang menyatakan wilayah Vierkante-paal di Tanjung Selor dengan luas 291, - Ha (disebelah Utara dan Selatan masing-masing sepanjang 1.489,6 m, disebelah Timur sepanjang 1.690 m dan disebelah Barat sepanjang 2.200 m”.
Taktik Belanda meminta wilayah seluas 1000 meter persegi dulunya juga digunakan oleh Serikat Dagang Hindia Belanda, ketika mereka berhasil mempengaruhi penguasa setempat, bedanya dahulu digunakan untuk perbentengan, diera pemerintah Belanda menjadi semacam kawasan perkantoran dan pemukiman.
Kawasan tanah seribu kemudian dikembalikan lagi kepada Kesultanan Bulungan oleh pemerintah Kolonial Belanda pada 1 Januari 1946, sekitar 41 bulan sebelum peristiwa 19 Agustus 1949, status Vierkante-paal kembali menjadi Landschap Bulongan. Demikian informasi ini saya sampaikan, semoga bermanfaat.
Note
* Sumber, Blog Zarkasyi Van Bulungan: “Nostalgia Tanjung Selor Tempo Doeloe”, Gempar (Gema Parlemen) Edisi Perdana April 2008, Buletin DPRD Kabupaten Bulungan, Nostalgia, Hal. 32 – 33.
** M. Said Karim, “Mutiara Abadi Restruksi Perjuangan Kmerdekaan Bulungan” 2011. Pemerintah Kabupaten Bulungan. Hal. 28
*** H. Dachlansjahrani, “Beberapa Usaha menemukan Hari jadi kota Tanjung Selor”, 1991. Hal. 18 dan 25

No comments:

Post a Comment

bulungan