Sudah lama sekali saya ingin mengulas sebuah buku
yang cukup berani dalam pandangan saya, buku yang saya maksud taklain adalah
“Kesultanan Bulungan Dari Masa Kemasa”, karya Sayid Ali Amin Bilfaqih.
Saya cukup mengenal beliau dan karyanya, kebetulan hasil tulisan itu saya simpan rapi di perpustakaan pribadi di rumah. Apa
sebab saya anggap buku itu cukup berani, itu karena bahasan pada bab terakhir
menjurus pada peristiwa insiden tahun 1964, sebuah insiden yang sesungguhnya
menentukan jalannya sejarah kabupaten Bulungan dimasa lalu, kini maupun
mendatang.
Insiden 1964
dimata Sayid Ali Amin Bilfaqih.
Tak banyak memang yang menulis sejarah bulungan,
khususnya yang membuka wawasan kita mengenai peristiwa 64, yaitu peristiwa dibakarnya Istana Kesultanan Bulungan oleh oknum masayarakat di bawah tekanan
oknum Angkatan Darat yang terorganisir karena terpengaruh oleh gerakan Merah di
Bulungan. Peristiwa bersejarah ini menjadi kejadian pilu karena tak hanya
berdampak pada masayarakat Bulungan tapi juga pada nilai-nilai adat dan budaya
yang telah lama berabad-abad dijalankan.
Bertahun-tahun lamanya peristiwa menyayat hati itu
baru dapat terungkap dipublik melalui dunia maya, diantaranya ditulis oleh
seorang wartawan ibukota yang lahir di Bulungan, kemudin berturut-turut muncul
tuntutan untuk menuntaskan kasus tersebut.
Faktor lain yang juga menentukan adalah tak adanya
versi sejarah yang memihak masyarakat bulungan, inilah yang memperihatinkan bagi
pak Sayyid Ali Amin Bilfaqih sehingga membuka jalan bagi beliau untuk menulis sejarah
insiden 64 tersebut dari kaca mata Bulungan.
Munculnya buku berjudul Sejarah Kesultanan Bulungan Dari Masa
Kemasa, ini mau tak mau membuat penafsiran ulang dalam merekonstruksi sejarah
yang selama ini berkembang. Banyak generasi muda Bulungan khususnya yang melek
sejarah dibuat terkejut, inilah yang juga sempat saya rasakan di masa-masa
SMA. Bagaimana tidak selama ini kami hanya tahu bahwa pelaku pembakaran dan
penculikan adalah massa PKI, namun buku ini seolah menggebrak sejarah dari
versi yang telah solid sekian lama itu.
Generasi kami dibuat terkejut dengan diketahuinya
keterlibatan sejumlah oknum tentara yang terogarnisir menuntut masyarakat Bulungan
dibawah todongan senjata untuk membakar istana Bulungan yang tak lain pusat
kebudayaan Bulungan yang telah mapan berabad lamanya. Sebuah perasaan yang amat
sulit bagi kami gambarkan.
Penulisnya sendiri mengatakan pada saya tak ada
maksud lain dalam penulisan buku tersebut, kecuali menulis sejarah Bulungan khususnya
mengenai peristiwa 1964 yang memihak terhadap masyarakat. Tak ada keinginan untuk
membuka luka lama apa lagi menyudutkan pihak-pihak tertentu, hanya ingin berkisah apa adanya
sesuai apa yang dirasakan dan terjadi dimasa-masa tersebut.
Saya pernah bertanya kepada beliau, -pertanyaan yang
sama juga terbesit dipikiran orang-orang setelah kemunculan buku tersebut-
Yaitu sejauh mana kredibilitas dan sumber sejarah yang menjadi pijakannya dapat
dipertanggung jawabkan. Terlebih mengenai daftara nama korban yang mencapai puluhan
orang itu.
“mereka
yang tak pernah pulang karena diculik adalah orang yang saya kenal baik, saya
catat namanya sebagai penghormatan untuk mengenang mereka, bagaimana saya bisa
lupa, Raja Muda yang juga tak pernah saya tahu lagi nasibnya adalah mertua saya,
saya menyaksikan sendiri apa yang terjadi sebab saat itu saya sudah dewasa dan
bekerja, apa yang saya tulis murni yang saya rasakan dan saya saksikan”
.
Bagi pak Sayyid Ali Amin Bilfaqih dirinya bisa memahami jika ada
pihak-pihak yang meragukan dan tak suka jika peristiwa bersejarah itu di buka
kembali, kalau memang sekian peristiwa tersebut tidak terekspose ke publik
bukan berarti tidak terarsip dengan baik. Apa lagi peristiwa itu menjadi memory
kolektif yang tak mudah dingkari keberadaannya.
"Saya menulis buku itu agar generasi muda Bulungan tau
sejarah mereka, tidak ada niatan lain selain melestarikan sejarah. Sejarah yang
kita pahami agar kita tidak lupa siapa kita sebenarnya", begitulah pungkas
beliau mengakhiri percakapan saya dengan beliau siang itu. (Zee).
No comments:
Post a Comment
bulungan