Bicara tentang penulis sejarah kontemporer dari Bulungan,
boleh di bilang ada beberapa nama layak
disebutkan diantaranya adalah Sayyid Ali Amin Bilfaqih, kemudian M. Said Karim
yang birau 2012 kemarin menelurkan buku sejarah Bulungan dan secara brilian
mampu “menyastrakan” kisah sejarah paling populer di bulungan dengan judul
“Reinkarnasi Putri Lemlai Suri” dan tentu saja ada satu lagi yang tak bisa
dipisahkan dari dunia kesejarahan di Bulungan yaitu Pak Sugeng Arianto.
Berbeda dengan saya yang hanya pencinta sejarah dan
belajar secara otodidak, Mas Sugeng -sapaan akrab saya pada beliau-, boleh
dibilang salah satu sejarawan tulen Bulungan, mengapa? itu karena beliau secara langsung mengambil ilmu kesejarahannya di Universitas Gajah
Mada di kota Malang hingga mendapat gelar sarjana. Tema yang diangkat oleh beliau
dalam skripsi tersebut termaktub keterangan bertulis Arianto, Sugeng. Agustus
2003.“Kerajaan Bulungan 1555-1959”. Malang : Skripsi Sarjana Pendidikan
Sejarah Fakultas Sastra UGM. Hebatnya lagi, boleh dibilang inilah karya pertama
mengenai Bulungan yang diuji oleh para akademisi, jadi setelah sekian lama Bulungan
tak muncul dalam pusaran sejarah, nyaris terlupa oleh waktu, mas Sugeng
mengangkatnya kembali dalam bentuk karya ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan keabsahannya.
Beliau adalah salah satu mentor yang berpengaruh dalam
hidup saya, -selain keluarga dan orang
tua saya ada juga Pak Wadjidi Amberi sejarawan akademis asal Kalsel yang banyak menelurkan karya juga adapula Pak
Sayyid Ali Amin Bilfaqih yang meluangkan waktunya untuk menulis sejarah Bulungan, saya
berterimaksih atas nasehat dan buku yang telah beliau berikan pada saya.- Mas Sugeng yang saya kenal orangnya bersahaja
dan tak pelit ilmu. Saya ingat betul saat masih kuliah, kala itu saya hanya
mengenal beliau dari nomor Handpone yang disematkan pada blog sejarah Bulungan
generasi pertama miliknya. Tak saya sangka, beliau justru mengapresiasi kegemaran
saya mengeksplor sejarah Bulungan, padahal saya saat itu masih terbilang “anak
bawang” dalam hal ini. saya masih menyimpan tulisan apresiasi beliau terhadap
saya walau saat ini blog pertama beliau itu sudah tak aktif, namun jika boleh
jujur itulah bentuk dukungan dan pengakuan orang lain terhadap keberadaan saya,
dan saya tak melupakan itu ...
"Zarkash"
Seorang putra daerah yang kini sedang kuliah jurusan Muamalat
di salah satu perguruan tinggi di Banjarmasin telah membaca sejarah kesultanan Bulungan
pada situs ini. Tampaknya termotifasi untuk "menulis" khasanah lokal Bulungan.
Semoga saja aktifitasnya dalam menulis tidak mengganggu kuliahnya. Mungkin
tulisan-tulisannya yang lain telah diposting pada web yang dibuatnya yaitu
http://zarkasy-muamalat05.blogspot.com. Informasi ini disampaikan melalui sms
kepada redaksi. Selamat ya buat Zarkash, mudah-mudahan kuliahnya lancar, dengan
demikian akan membuat bangga kedua orang tua di Tanjung Selor.
Di posting Minggu, 2008 Maret 02 pukul 11:57
Masa Sugeng dan Dunia Maya
Mas Sugeng bagi saya bukan hanya sekedar guru sejarah
yang mencatatkan hasil pengamatan yang ia miliki, bukan hanya sekedar
mempromosikan sejarah Bulungan dari blog-blognya, namun lebih dari itu, beliau
adalah orang mampu membuka jalan bagi pemahaman kesejarahan dan Bulungan secara
luas.
Fakta yang tak dapat kita lupakan adalah, dimasa-masa
sebelumnya, sejarah Bulungan nyaris tak tersentuh dunia maya, nyaris dilupakan
dalam kepingan waktu. Jikapun ada catatan itupun banyak dari Copy Paste yang
kadang hanya sedikit yang menyentuh pada kajian kesejarahan itu sendiri. Jadi
dapat dipahami Blog Sejarah Bulungan yang secara intens beliau tulis didunia
maya adalah pelopor dari jalinan silaturahmi intelektual dan memori kolektif
yang dimiliki oleh orang Bulungan tak hanya di Indonesia, melainkan juga di
Malaysia, Filipina, Singapura, Brunai bahkan Belanda.
Menulis sejarah Bulungan yang terlupakan oleh waktu
kala itu, menjadi motivasi penting bagi beliau, -apalagi saya kadang mendengar
ada beberapa orang yang berkisah pada saya, selama masih menuntut ilmu di
Malang, beliau termasuk orang yang sangat bersemangat bila mempresentasikan sejarah
Bulungan baik dari kala pertemuan di ruangan maupun sekedar obrolan santai-, Seperti
pepatah mengatakan “Takkan hilang Melayu didunia, Takkan hilang Bulungan dipukul
waktu”, jadi dapat dipahami ada kebanggan yang dirasakan oleh orang-orang di Bulungan
khususnya pada saat blog-blog awal yang ditulis oleh mengupas mengenai
kesejarahan Bulungan yang lama tak terdengar itu. Sama ketika saya rasakan
membaca blog beliau yang begitu memotifasi diri saya untuk menulis.
Menariknya beliau juga adalah orang yang pertama kali
melakukan “telaah” terhadap karya kontroversi pak Said Ali Amin Bilfaqih, karya
yang saya maksud ada “Sejarah Bulungan dari Masa Ke Masa”, jujur buku ini
menarik bagi saya karena memang cukup berani mengetengahkan isu penting
mengenai sejarah insiden 1964.
Ditangan Mas Sugeng referensi ini semakin hidup
dan dapat diakses jutaan pembaca di dunia maya, efeknya sungguh dramatis, study
mulai bermunculan mengenai insiden dibakarnya istana Bulungan tersebut,
puncaknya Metro TV kemudian melakukan telusur mengenai sejarah di Bulungan
dengan judul “ Merah di langit Bulungan”, yang sempat ditayangkan saat itu.
Sejauh yang saya tahu selain berasal dari buku Pak Said Ali Amin, para kerabat
istana dan masyarakat Bulungan pada umumnya, refrensi juga dimbil oleh para kru
yang meliput berasal dari blog beliau tersebut.
Lain pada itu, beliau juga aktif mensosialisasikan
bukti-bukti kesejarahan serta memiliki minat besar dalam upaya
mendokumntasikannya tak hanya saat beliau aktif masih sebagai pengajar maupun
disela kesibukannya saat ini, sejauh yang saya tau beliau bahkan berupaya melakukan
pemetaan terhadap posisi makam-makam Sultan Bulungan dengan GPS sehingga dapat
diakses di dunia maya, begitu pula terhadap dokumentai acara-acara kesultanan
bulungan, bagi beliau dokumentasi berupa foto dan video adalah harta karun
sejarah yang tak ternilai harganya serta dapat bercerita banyak bagi generasi
muda bulungan nantinya.
Minat besar lain yang saya perhatikan dalam blog
kajian beliau adalah “Hubungan kesejarahan antara Bulungan-Berau” khususnya
pada Abad 18 dan 19 M, hal itu dapat dipahami karena dinamika Hubungan
Kesultanan Bulungan dan Berau akan mempenguhi kawasan Kalimantan Utara ini tak
hanya dimasa lalu namun juga dimasa kini. Studi tersebut nampaknya lahir karena
adanya makam-makam milik bangsawan berau yang letaknya tak jauh dari tapal batas Bulungan Berau khusunya dikawasan Tanah Kuning.
Mas Sugeng dan
karyanya
Tentu saja dalam hal ini karya penting milik beliau
yang tertulis selain di dunia maya, sejauh yang saya ketahui adalah skripsinya
itu sendiri yang bertajuk “Kerajaan Bulungan 1555-1959”, saya bersyukur dan berterimaksih
sebesar-besarnya pada beliau karena mau meminjamkan hasil skripsi beliau agar
dapat saya gandakan.
Sejauh yang saya amati,
skripsi tersebut setidaknya bercerita rentang waktu masa-masa pra dan pasca
kesultanan bulungan yang secara umum dapat diketahui, kedatangan belanda di Bulungan pasca perjanjian 1850, penetrasi pengaruh Belanda dalam struktur
politik kesultanan Bulungan pasca Datuk Alam Muhammad Adil dengan
perubahan-perubahan pembagian distrik kesultanan Bulungan dimasa kolonial serta
penempatan kontroleur di Bulungan, adapula mengisahkan masa-masa singkat
pandudukan Jepang yang kemudian ditutup dengan peristiwa bersejarah bergabungnya
kesultanan Bulungan ke dalam pangkuan NKRI.
Skripsi beliau memang hanya membatasi hingga tahun
1959 saja, nampaknya beliau memberikan “PR” lain untuk meneruskan kajian
sejarah Bulungan setelah tahun 1959, sebagian besar data beliau gunakan
merupakan data yang tersimpan di arsip negara, selain buku-buku yang berasal
dari bulungan, sehingga validitasnya dapat dipertanggungjawabkan.
Karya lain adalah beberapa buah buku poket
diantaranya berjudul “Raja Raja Islam Kerajaan Bulungan”, istimewanya buku tersebut
karena terdapat beberapa susunan para sultan bulungan yang dikumpulkan dari
beberapa sumber, -saya beruntung mendapatkan buku kecil yang sarat informasi
tersebut, walaupun memang dicetak secara sederhana dalam jumlah terbatas dan
hanya untuk pegangan beliau saja-, setidaknya dalam buku saku tersebut terdapat
enam buah sumber diantaranya berasal dari: Riwayat Kesultanan Bulungan tahun
1503 M atau 919 H oleh alm. Dt. Mohd. Saleh gelar Dt. Ferdana ibni Alm. Dt.
Mansyur, Pesona dan Tantangan Bulungan terbitas LBKN Antara jakarta, Masa
pemerintahan Kesultanan Bulungan yang dimuseum kesultanan Bulungan, kemudian
adapula dari catatan Dt. Noerbeck Bin Dt. Bayal Bin Dt. Asang, Tarakan 9 Juli
1999, dan ada juga yang berasal dari Monografi Daerah Kesultanan Bulungan pada
tahun 1976. Terakhir berasal dari keterangan Panitia Hari Jadi Kota Tanjung
Selor ke 206 Tahun dan Hari Jadi Kabupaten Bulungan ke 36 tahun. 12 Oktober
1970 -12 Oktober 1996.
Selain sejumlah informasi diatas buku mungil ini juga
berisi informasi makam yang disadur dari
copy laporan Balai Arkeologi Banjarmasin Kalsel tanggal 2-15 Agustus 2000.
Beliau memberikan penembahan informasi maupun koreksi dari laporan tersebut.
Buku ini kemudian ditutup dengan Silsilah Raja-Raja di Kesultanan Bulungan.
Penutup.
Mentor sekaligus senior saya ini sudah berpulang kembali ke Rahmatullah, tulisan ini merupakan revisi dari tulisan saya sebelumnya, sebagai kenang-kenangan untuk mengenang apa yang sudah beliau lakukan untuk memotivasi banyak orang termasuk diri penulis sendiri untuk menumbuhkan minat terhadap khazanah Sejarah dan Budaya lokal Bulungan []
Assalamualaikum, saya lahir di pulau bunyu Pak, dimana saya bisa dapatkan silsilah raja2 bulungan?saya penasaran skali pak,nenek saya bercerita kalau buyut (ibuny nenek) dulu lari dari kesultanan bulungan ke Tarakan,kata nenek bapaknya adalah pangeran kar.
ReplyDeletewalaikum salam, seingat saya ada di Museum Kesultanan Bulungan, ada susun galur silsilah kesultanan Bulungan, nampaknya disana ada mungkin bapak bisa mengunjungi kesultanan bulungan, mudah-mudahan disana bapak bisa menemui jawaban yang bapak cari.
ReplyDeletePak Sugeng telah meninggal dunia tgl 19 Des 2017
ReplyDelete